Kadekshare - Besarnya Manfaat dari Tradisi Mecaru Di Bali. Om Swastiastu pada hari yang indah ini saya akan membahas tentang suatu artikel yang bertujuan untuk memberikan makna pada suatu salah satu tradisi yang sangat bermakna baik bagi Agama hindu di bali, nah pada artikel ini saya akan menjelaskan Besarnya Manfaat dari Tradisi Mecaru Di Bali. Aagar tidak terlalu lama ada baiknya kita langsung mulai....
Warna-warna: bulu hewan, kober(bendera), tumpeng, kelungah, dangsil, sanganan, nasi, beras, bunga, benang, dll mengikuti warna pengider:
Warna-warna itu selain sebagai identitas Dewa-Dewa yang menjaga keseimbangan, juga sebagai simbol berbagai sifat yang ada dalam diri manusia:
Besarnya Manfaat dari Tradisi Mecaru Di Bali
Bali. Siapa sih yang tidak mengenal pulau ini, ya pulau yang memiliki banyak julkan ini sering disebut sebagai pulau Dewata (pulaunya Dewa) dan Pulau Seribu pura nah, sebutan itu tidak semena mena di berikan tapi memiliki dasar yang kuat yaitu. Di bali ada banyak tempat yang memiliki pemandangan yang indah dan di bali memang banyak sih ada pura. Ternyata di Bali sangat memegang erat tradisi dan budaya nya serta orang bali angat cinta dengan tradisi dan budaya nya yang semua itu memiliki tujuan yang baik seperti upacara satu ini yaitu upacara pecaruan.
Nah sebelumnya kita bahas dulu pengertinya Caru adalah kurban suci, yang dalam sejarahnya caru (tawur) ini disebutkan diawali dari terjadinya kekacauan alam semesta yang mengganggu ketentraman hidup sebagai akibat dari godaan-godaan bhuta kala, sehingga Hyang Widhi Wasa menurunkan Hyang Tri Murti untuk membantu manusia agar bisa menetralisir dan selamat dari godaan-godaan para bhuta kala itu sehingga mulailah timbul banten “Caru” sebagaimana disebutkan dalam mitologi caru ini.
Dan dijelaskan pula bahwa, Caru (Mecaru; Pecaruan; Tawur) adalah suatu upacara yadnya yang bertujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit (mahluk Hidup) agar menjadi baik, indah, lestari sebagai bagian dari upacara Butha Yadnya.
Dengan demikian, upacara mecaru adalah aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana, seperti yang disebutkan dalam Lontar Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan.Upacara pecaruan ada yang dilakukan dalam bentuk kecil sehari-hari, disebut Nitya Karma, sedangkan upacara pecaruan disaat tertentu (biasanya lebih besar) disebut Naimitika Karma.
Jenis-jenis Caru dan Tawur
Lontar Dewa Tattwa membedakan jenis-jenis Caru dan Tawur sebagai berikut:
Yang diadakan bila ada kejadian tertentu misalnya: bencana, bencana alam, hama penyakit, gerhana matahari, huru-hara, perang, dll.
Yang diadakan: sehari-hari, hari tertentu, sasih (bulan) tertentu, dan warsa (tahun) tertentu.
Yang diadakan disuatu tempat: pekarangan, rumah, pura, sanggah, Banjar, Desa, seluruh pulau (Bali), seluruh dunia, danau, laut, hutan, gunung, dll.
Mengikuti upacara pokok Panca Yadnya.
Dalam Lontar Dewa Tattwa dibedakan pula antara Caru dan Tawur.
Yang diadakan bila ada kejadian tertentu misalnya: bencana, bencana alam, hama penyakit, gerhana matahari, huru-hara, perang, dll.
Yang diadakan: sehari-hari, hari tertentu, sasih (bulan) tertentu, dan warsa (tahun) tertentu.
Yang diadakan disuatu tempat: pekarangan, rumah, pura, sanggah, Banjar, Desa, seluruh pulau (Bali), seluruh dunia, danau, laut, hutan, gunung, dll.
Mengikuti upacara pokok Panca Yadnya.
Dalam Lontar Dewa Tattwa dibedakan pula antara Caru dan Tawur.
Yang termasuk Caru :
- Eka Sata,
- Segehan Panca / Manca Warna,
- Panca Sata,
- Panca Sanak,
- Panca nak-madurga,
- Ngeresigana.
- Yang termasuk Tawur:
- Manca Kelud,
- Balik Sumpah,
- Tawur Gentuh,
- Panca wali krama,
- Eka Bhuwana,
- Tri Bhuwana,
- Eka Dasa Rudra.
Makna simbol warna dalam Upacara Pecaruan (Lontar Dewa Tattwa)
Warna-warna: bulu hewan, kober(bendera), tumpeng, kelungah, dangsil, sanganan, nasi, beras, bunga, benang, dll mengikuti warna pengider:
- Sweta (putih),
- Dumbra (merah muda),
- Rakta (merah),
- Rajata (oranye),
- Pita (kuning),
- Syama (hijau),
- Kresna (hitam),
- Biru (abu-abu),
Warna-warna itu selain sebagai identitas Dewa-Dewa yang menjaga keseimbangan, juga sebagai simbol berbagai sifat yang ada dalam diri manusia:
- Putih: suci;
- Merah-muda: kesucian yang ternoda oleh kemarahan;
- Merah : marah;
- Oranye: marah karena nafsu tak terpenuhi;
- Kuning: nafsu;
- Hijau: serakah;
- Hitam: iri-hati;
- Abu-abu: iri-hati yang terselubung.
Urip Wewaran pada caru dan tawur (Lontar Warigha Bhagawan Gargha)
Penggunaan urip wewaran / neptu pada caru dasarnya adalah panca wara, karena sesuai dengan mitologi panca korsika, yakni: :
- Umanis urip 5 di timur,
- Paing urip 9 di selatan,
- Pon urip 7 di barat,
- Wage urip 4 di utara,
- dan Kliwon urip 8 di tengah.
- Jumlah urip panca wara = 33 juga sesuai dengan jumlah Dewa menurut Satha Pata Brahmana dimana para Dewa diyakini berperan menjaga keselamatan bhuwana agung.
Penggunaan urip pada tawur pada dasarnya membentuk padma bhuwana (lingkup bhuwana agung menurut pengider-ider) maka digunakan asta wara, dimana urip panca wara diatas ditambah dengan:
- Guru urip 8 di tenggara,
- Rudra urip 3 di barat daya,
- Kala urip 1 di barat laut
- dan Sri urip 6 di timur laut.
- Jumlahnya = 18 dimana secara matematis total digit: 1 + 8 = 9 (jumlah pengider-ider dewata nawa sanggha)
Pemakaian binatang dan tumbuh-tumbuhan sebagai sarana upacara Yadnya telah disebutkan dalam Manawa Dharmasastra V.40. Tumbuh-tumbuhan dan binatang yang digunakan sebagai sarana upacara Yadnya itu akan meningkat kualitasnya dalam penjelmaan berikutnya.
Manusia yang memberikan kesempatan kepada tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut juga akan mendapatkan pahala yang utama. Karena setiap perbuatan yang membuat orang lain termasuk sarwa prani meningkat kualitasnya adalah perbuatan yang sangat mulia. Perbuatan itu akan membawa orang melangkah semakin dekat dengan Tuhan.Karena itu penggunaan binatang sebagai sarana pokok upacara banten caru bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat kebinatangan atau keraksasaan menuju sifat-sifat kemanusiaan terus meningkat menuju kesifat-sifat kedewaan.
Dalam memaknai caru, menurut “lontar Carcaning Caru” jenis-jenis caru adalah Caru ayam berumbun ( dengan satu ekor ayam ), Caru panca sata ( caru yang menggunakan lima ekor ayam yang di sesuaikan dengan arah atau kiblat mata angin ), Caru panca kelud adalah caru yang menggunakan lima ekor ayam di tambah dengan seekor itik atau yang lain sesuai dengan kebutuhan upacara yang di lakukan, dan Caru Rsi Gana.
Fungsi Pada Caru
Banten caru berfungsi sebagai pengharmonis atau penetral buwana agung (alam
semesta), di mana caru ini bisa dikaitkan dengan proses pemlaspas maupun pangenteg linggihan pada tingkatan menengah (madya). Usia caru ini 10-20 tahun, tergantung tempat upacara. Penyelenggaraan caru juga dapat dilaksanakan manakala ada kondisi kadurmanggalan dibutuhkan proses pengharmonisan dengan caru sehingga lingkungan alam kembali stabil.
Nah Sebenarnya fungsi dari caru yang saya dapat saya simpukan dari artikel yang saya bagikan di atas adalah "Pecaruan merupakan suatu cara agar terciptanya keseimbangan antara Alam dan mahluk Hidup karena jika keadaan alam tidak seimbang maka akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas mahluk yang hidup di dalam alam tersebut serta caru dapat menjadi lambang dari rasa bersyukur umat kepada alam semesta yang sudah memberikan tempat hidup yang layak" Nah sekian artikel hari ini semoga dengan adanya artikel ini dapat memberitahu apa arti pecaruan dan makna yang sebenarnya and terimakasih sudah membaca dan untuk mengakhiran artikel ini saya ucapkan puji syukur kepada tuhan yang maha esa Ida Sang Hiang Widhi Wasa atas terciptanya hari yang indah ini Om Santi Santi Santi Om semoga bumi ini dan semesta selalu damai...... bye
wah bagus artikel nya bli Terus kembangin ya
ReplyDeletesuksma sudah berkunjung bli arya. :)
Deleteemang bagus kadekshare
ReplyDeletesy menanam 5 caru dipekarangan, setelah 5 hr baunya sangat busuk padahal lubang sdh dalam apa kira2 penyebabnya
ReplyDeletesy menanam 5 caru dipekarangan, setelah 5 hr baunya sangat busuk padahal lubang sdh dalam apa kira2 penyebabnya
ReplyDelete